Minggu, 22 Desember 2013

Ngluruk Tanpo Bolo Menang Tanpo Ngasorake


Pitutur Kang Mas Tarmadji Budi Harsono, SE (Ketua Umum SH Terate)

Sering saya sampaikan wong Terate nek siji musuh siji nek menang ora kondang nek kalah ngisin ngisini. Luweh becik ora. Nanging nek siji dikrubut wong telu nek menang kondang kalah umum dikeroyok wong telu. (Sering saya sampaikan, warga SH Terate kalau berkelahi satu lawan satu, jika menang tidak tersohor. Lebih baik tidak. Tapi jika satu dikerubut orang tiga, menang kesohor, kalah wajar karena dikeroyok. Maksud ungkapan Ketua Umum SH Terate ini, pelajaran beladiri di SH Terate itu hanya boleh digunakan untuk membela diri. Itu pun jika kita terpaksa dan demi membela kebenaran – pen)
Ini seringkali saya sampaikan, saya ingatkan berkali-kali. Yang paling jahat ki nek wong Terate gak gawe aturan sak penake dhewe. (Yang palling jahat adalah kalau terjadi warga SH Terate tidak tahu aturan dan berbuat semaunya sendiri – pen)
Melalui media malam 1 Muharram ini, saya ingatkan. Gunakan kesempatan yang paling baik di bulan Muharram ini sing gedhe tirakate. Nek iso yo poso, nek ra iso yo ngurangi. Sedino mangan ping telu aku mangan ping pindho. Biasane aku nesu tak empet tak kurangi nesu. Sing biasane tutuk ki cerewet yo malih ora cerewet. Sing biasane aku ra bantu tonggo teparo, aku budal ngewangi tonggo teparo. (Gunakan kesempatan yang paling baik di bulan Muharram ini dengan memperbanyak tirakat. Kalau bisa berpuasa. Kalau tidak kuat puasa, mengurangi jatah makan atau mencegah hal-hal yang jelek. Jika suka marah, kurangi marahnya. Yang biasanya cerewet, mencoba tidak cerewet. Yang biasanya tidak pernah membatu tetangga, membantu tetangga – pen)
Ini saya sampaikan kalau saudara belajar dimuka ojo sok gawe susahe liyan opo alane gawe seneng liyan. ( Ini saya sampaikan, kalau saudara belajar dari ajaran filsafat yang terpasang di depan, di dinding Sasana Kridanggo, di situ tertulis ‘’ Jangan suka membuat susah orang lain, tapi berbuatlah kebajikan pada orang lain – pen). Jika kita bicara tanpa arti, mung waton omong (hanya membual – pen), lebih baik diam. Sebab diam itu emas. Tapi kalau bicaranya punya arti, lebih baik dari pada diam, itu menjadi intan berlian. Tapi kalau bicaranya kurang baik, lebih baik diam gak nambahi doso (tidak menambah dosa – pen). Jadi kalau saya tulis dimuka ini tidak sekedar tulisan (Petuah yang tertulis di dinding depan Sasana Kridanggo, Pedepokan Setia Hati Terate Pusat Madiun – pen). Ojo seneng gawe susah ing liyan opo alane gawe seneng ing liyan.(Janga suka membuat susah orang lain, apa susahnya membuat senang orang lain – pen).
SH Terate itu mendidik agar supaya hati kita itu bersih. Nek atine ki resik, disayang gusti Allah.(Jika hati kita bersih, disyang Allah – pen)
Tapi saya mengingatkan, kalau kekuatan tiap orang itu tidak sama. Yang ada saling hormat menghormati, saling sayang menyayangi dan saling bertanggungjawab. Di organisasi ini, kita punya kewajiban saling bertanggungjawab.
Melalui kegiatan kegiatan di bulan Muharram, kalau nanti ada selamatan bubur Suran, kita mengenang betapa menderitanya (tokoh panutan umat manusia – pen) dikala dulu dalam berjuang membela kebenaran. Tapi kalau saudara ketahui, selamatan bubur Suran itu sebetulnya yang paling bener, di malam 10 Muharram. 10 Muharram itulah orang terbebas dari segala marabahaya. Itulah kenapa biasanya disuatu pondok pesantren, tempat-tempat lain, biasa disambut dengan doa doa, bersyukur dan mengirim doa pada syuhada.
Saya mengingatkan pada saudara saya, dengan mengadakan kegiatan ini, SH Terate punya satu tujuan. Tujuannya cukup mulia. Bukan untuk Terate. Bukan. Tapi untuk orang yang bergabung di Terate ini. Diajak, dididik, diarahkan, tanpa mbayar ibarate. Karena pelatih itu tidak dibayar. Di aturan gak ada. Tapi kalau ada pelatih njaluk (minta – pen) itu urusan pribadi pelatih, bukan organisasi.
Kita dididik untuk menjadi manusia yang punya watak sifat budi luhur, yang mengenal diri sendiri sebaik baiknya, agar kita tidak sulit mengenal orang lain. Ini mengandung makna orang itu nek wis ndelok awake dewe jebule aku ki enek sing kurang to. Nek ngono dulurku kiwo tengen, boloku yo duwe kekurangan.(Manusia itu kalau instropeksi, melihat ke dalam diri sendiri, akan menyadari kekurangan dan kelemahannya. Kalau begitu, saudaraku, teman-teman dekat, ya punya kekurangan – pen). Maka kita tidak terseret arus. Menyadari kita punya kekurangan, akhirnya kita tidak mudah ngelokne uwong, ngenyek uwong, menghina orang, itu tidak. Yang ada adalah opo alane awake dewe ki nyenengke liyan.(Apa jeleknya diri kita ini menyenangkan orang lain – pen). SH Terate mendidik ini.
SH Terate Tidak Perlu Kaya
Saya tidak ingin SH Terate itu kaya, tidak. Tapi saya minta, saya mohon pada Allah SWT sing sugih ki dulur dulur ku iki. Nek keluarga besar SH Terate ki sugih aku katot sugih, katot nikmat. SH Terate katot. Tapi nek organisasine sing sugih, iku mesti lirik-lirikan, eker-ekeran, mbuntut-mbuntute saling ngrasani sakbedadok ( yang diberi kekayaan itu saudara saya. Jika Keluarga Besar SH Terate kaya, saya ikut kaya, ikut menikmati. SH Terate juga ikut menikmati. Tapi kalau organisasinya yang kaya, anggota bisa salling melirik, saling berebut, ujung-ujungnya saling memfitnah – pen). Saya seneng saudara saya kaya. Tapi saya nangis kalau ada saudara saya menderita.
Bagaimana SH Terate dalam membangun persaudaraan yang kekal dan abadi ini tidak dikotori ulah oknum-oknum yang tak bertanggungjawab. Wis to nek iso guyub rukun mbangun deso, gak enek ceritane wong SH Terate nek endi gone gak dihormati uwong. Rasah duduhne pameran tukang gelut, wong SH Terate disiplin dididik. mBok wis tuwo to sak saya, la nek kowe tatak tak entengi patiku. (Jika warga SH Terate rukun, membangun desanya, tidak ada ceritanya orang SH Terate, kapan dan di mana pun tempatnya, tidak dihormati orang lain. Tidak usah sombong dan pamer kekuatan serta suka berkelahi, orang SH Terate dididik disiplin. Meski setua saya ini, jika kamu tatak, saya ringankan kematian saya).
Tapi nek mung gawe gegeran emoh aku (Tapi jika hanya membuat geger, membuat ulah, meresahkan masyarakat, saya tidak mau-pen). Saya ajak mereka untuk membangun, bukan untuk merusak. Jadi saya mohon saudara sekaliyan menghormati betul makna bulan Muharram. Karena kita ini napak tilas, ora gawe mas (tidak membuat – pen). SH Terate ngenekne (melaksanakan – pen) kegiatan dibulan Muharram dengan satu harapan mendapatkan kelebihan. Kalau orang lain mengatakan mendapat mukjizat dari Tuhan Yang Maha Esa.
Sadar nggak sadar kita ini nempil kamukten (pinjam martabat –pen) di Terate. Orang takut dengan saya bukan takut dengan Tarmaji tapi takut nek aku ki wongTerate bolone akeh (kalau saya ini warga SH Terate, saudaraku banyak – pen). Tapi ini jangan dipakai untuk arogansi, jangan. Tugas kewajiban kita menjaga agar supaya orang lain gak sak penake dhewe (tidak memperlakukan kita sekehendak hatinya – pen).
Kemudian kita dituntut untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Wong ki nek cedek pemimpin ki rasane nikmat mas. Saya cedek mas Bagyo, gek mas Bagyo ki wong SH Terate, enek kegiatan budaya wis tak jupuk SH terate, alhamdulillah. (Orang itu kalau dekat pemimpin rasanya nikmat. Saya dekat dengan Mas Bagyo, Drs, Subagyo TA – Kadin Perdagangan, Industri dan Periwisata Kota Madiun, dan Mas Bagyo itu warga SH Terate, ada kegiatan budya, yang diambil ya SH Terate, alhamdulillah – pen). Saya seneng. Kalau tidak, bukan SH Terate yang diambil. Ibaratnya begitu.
Makna Uang Mahar 
Banyak keuntungan kita bergabung di SH Terate ini. Rugi berapa sih rugi. Bayar berapa sih yang dibayar. Di Terate itu nggak ada iuran. Malah di pusat ndak pernah narik. Kalau para calon warga mau menjadi Terate memang punya kewajiban. Namanya mas kawin dinamakan uang mahar. Nebus jul siji bayarane siji uang logam. Mengapa milih jul siji, biar kita menjadi orang yang tertinggi. Kemudian membayar uang pangkal jadi keluarga SH Terate. Itu kewajiban dimanapun seumur hidup ya hanya sekali itu.
Ini yang perlu dipahami semua pihak. Kalau mau iuran itu di jajaran cabang, di jajaran ranting, ya silakan saja. Saya tutup mata. Sepanjang tidak ribut.
Untuk itulah, saudara sekalian yang saya hormati, saya juga tidak panjang lebar, saya hanya mengingatkan. Sekali lagi saya ingatkan. Resapi dulu, hayati dulu bulan Muharram itu ada apa sih. Kok SH Terate ngambil itu. Tapi kenyataannya SH Terate mengambil bulan Muharram SH Terate berkembang terus. Nggak perlu diperintah, ndak perlu dibuat tapi berkembang secara alami karena SH Terate mempunyai prinsip wong nandur ngunduh, siapa berbuat dia bertanggungjawab. Siapa mulai dialah yang akan mengakhiri. Mulai baik dia akan menerima baik. Mulai jelek dia akan menerima kejelekan.
Dan saya mengingatkan sing gedhe tirakate. Kalau kamu nggak tirakat jangan harap dihari kemudian kamu akan bahagia. Kalau orang muda masih muda nggak mau sekolah, nggak mau belajar, di hari kemudian dia akan tercampak dipinggir menjadi orang yang minta-minta. Orang muda juga harus belajar. Tapi kalau orang sekolah jagakne dukun, jagakne kerpekan (mengandalkan dukun, mengandalkan kerpekan, jiplakan – pen) gak akan bisa berhasil dengan baik. Itu sudah hukum alam yang gak bisa dirubah-rubah.

R.M. SOETOMO MANGKOEDJOJO


Beliau adalah murid dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo ( Pendiri PSHT ). R.M. Soetomo Mangkoedjojo adalah seorang Pendekar Tingkat III , R.M. Soetomo Mangkoedjojo disyahkan menjadi pendekar tingkat I pada tahun 1928. Berikut murid – murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang disyahkan pada tahun 1928 adalah sebagai berikut :
- Bapak Soetomo Mangkoedjojo ( Madiun )
- Bapak Hardjosajano alias Hardjo Girin ( Kepatihan Madiun )
- Bapak Moch Irsad ( Madiun )
- Dewan pengesah : Ki Hadjar Hardjo Oetomo
- Pelaksanaan Pengesahan : Di kediaman Ki Hadjar Hardjo Oetomo, Desa Pilangbango Madiun.
Kemudian pada tahun 1936 R.M. Soetomo Mangkoedjojo mendirikan Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Ponorogo, dan pengesahan pertama dilakukan pada tahun 1938 yang mengesahkan sebanyak 4 orang.
Pada tahun 1948 beberapa murid Ki Hadjar Harjo Oetomo antara lain Soetomo Mangkoedjojo, Darsono, Suprodjo, Hardjo Giring, Gunawan, Hadisubroto, Hardjo Wagiran, Letnan CPM Sunardi, Sumadji al. Atmadji, Badini, Irsad dan kawan – kawan mempunyai prakasa untuk mengadakan konfrensi di tempat kediaman Ki Hadjar Harjo Oetomo . Tujuan diadakan konfrensi tersebut adalah untuk merubah / mengganti sifat Perguruan menjadi Organisasi Setia Hati Terate yang mempunyai Anggaran dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Setelah Organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate dikukuhkan menjadi suatu organisasi maka di pilihlah R.M. Soetomo Mangkoedjojo sebagai ketua dan Bapak Darsono sebagai wakil ketua.
Kemudian pada tahun 1953 karena pekerjan beliau dipindah tugaskan ke Surabaya selanjutnya Ketua Persaudaraan Setia Hati Terate diserah terimakan kepada bapak Irsad.
Pada tahun 1958 R.M. Soetomo Mangkoedjojo mengesahkan Sdr. R.M Imam Kussupangat, Sdr. Kuswanto. BA dan Sdr. Harsanto. SH menjadi warga tingkat I, pengesahan dilakukan di Oro – Oro Ombo Madiun di rumah Bapak Santoso.
Pada tahun 1963 R.M. Soetomo Mangkoedjojo melatih langsung Sdr. R.M Imam Kussupangat tingkat II. Dan pada tahun 1964 Sdr. R.M Imam Kussupangat disyahkan menjadi warga tingkat II, pengesahan dilaksanakan di Jl. Diponegoro 45 Madiun oleh R.M. Soetomo Mangkoedjojo sebagai Dewan Pengesah.
Pada tahun 1966 Sdr. R.M Imam Kussupangat mulai menjalani latihan tingkat III karena dianggap berhak untuk menerima ilmu Setia Hati tingkat III oleh R.M. Soetomo Mangkoedjojo. Dimana ilmu tersebut berdasarkan “Wahyu” dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Semenjak itu Sdr. R.M Imam Kussupangat dimulai latihan tingkat III dilatih dan disyahkan oleh R.M. Soetomo Mangkoedjojo ( sebagai Ketua Dewan Pusat dan Dewan Pengesah ). Maka dari itu Sdr. R.M Imam Kussupangat tidak lepas sedikitpun peranan dan bimbingan dari R.M. Soetomo Mangkoedjojo sebagai pelatih atau disebut sebagai guru dalam pendidikan tingkat II maupun tingkat III
Tahun 1974 diselenggarakan Musyawarah Besar ( MUBES ) I Persaudaraan Setia Hati Terate dengan kesepakatan mengangkat R.M. Soetomo Mangkoedjojo sebagai Ketua Dewan Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate dan R.M. Imam Kussupangat sebagai Ketua Umum Pusat.
Pada tanggal 14 Desember 1975 R.M. Soetomo Mangkoedjojo wafat dan dimakamkan di Makam Cangkring Madiun.
Berikut adalah kedudukan yang pernah dipegang oleh R.M. Soetomo Mangkoedjojo dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate
- Tahun 1948 adalah Ketua Umum Pusat yang pertama Persaudaraan Setia Hati Terate ( dari “ perguruan “ menjadi “ organisasi “ )
- Tahun 1956 Ketua Umum Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate,
- Tahun 1964 Ketua Umum Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate
- Tahun 1974 Ketua Dewan Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate
Demikian sedikit perjalanan hidup tentang R.M. Soetomo Mangkoedjojo, mudah – mudahan dengan sedikit catatan ini bisa membantu untuk tambahnya pengertian dan pengetahuan kita semua agar wawasan sejarah berdirinya Persaudaraan Setia Hati Terate sampai dengan perkembangannya dapat kita ikuti dan ketahui bersama secara tepat dan benar.
Nb : Di kutip dari buku
“ Sejarah Singkat dan Perkembangannya PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE “
disusun oleh : BAMBANG TUNGGUL WULUNG JUDHYASMARA
- NIW. 630100002
- PUTRA KANDUNG R.M. SOETOMO MANGKOEDJOJO
- PEMBIMBING & PEMBINA PADEPOKAN “WESI AJI” ( WEDAR SILAT AMONG JIWO ) PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE SEMARANG

H. Tarmadji Boedi Harsono


Hidup tak ubahnya seperti air. Bergerak mengalir dari hulu, berproses, menuju muara. Begitupun perjalanan hidup H.Tarmadji Boedi Harsono, S.E. Siswa kinasih R.M. Imam Koesoepangat (peletak dasar reformasi ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate ) ini, layaknya sebagai manusia lumrah telah berproses melewati perjalanan waktu liku-liku dalamnya. Atas proses serta bimbingan langsung dari RM. Imam Koesoepangat itu pulalah, akhirnya akhirnya mencapai puncak tataran ilmu Setia Hati dan dan dipercaya menjadi Ketua Umum Pusat empat periode berturut-turut sejak, sejak tahun 1981 hingga tahun 2000. H.Tarmadji Boedi Harsono, S.E, lahir di Madiun, Februari 1946. Ia merupakan anak sulung dari enam bersaudara, dari keluarga sederhana dengan tingkat perekonomian pas-pasan. Ayahnya, Suratman, hanyalah seorang pegawai di Departemen Transmigrasi, sedangkan ibunya, Hj. Tunik hanya sebagai ibu rumah tangga. Dari latar belakang keluarga ini, dia pun melewati masa kecil penuh kesederhanaan. Namun ketika Tarmadji Boedi Harsono beranjak dewasa, kekurangan ini justru melahirkan semangat juang tinggi dalam merubah nasib, hingga dia berhasil menjadi seorang tokoh cukup diperhitungkan. Sosok tokoh yang tidak saja diperhitungkan di sisi harkat dan martabatnya, akan tetapi juga berhasil menyeruak kepermukaan dan mampu mengenyam kehidupan cukup layak dan wajar.
Masa kecil H.Tarmadji Boedi Harsono,S.E, sendiri berjalan biasa-biasa saja, laiknya seorang bocah. Di kalangan teman sepermainannnya, dia dikenal sebagai anak pemberani dan nakal. Bahkan sejak duduk di bangku kelas 3 SD Panggung Madiun, Tarmadi (demikian dia punya nama kecil) sudah berani berkelahi di luar. Kenakalannnya berlanjut hingga ia masuk SMP. Bahkan ketika duduk di SMU I Madiun, ia pernah diancam akan dikeluarkan dari sekolah jika tetap senang berkelahi.
Yang agak berbeda dibanding teman seusia adalah, kesukaan dia bermain dengan teman yang usianya jauh lebih tua. Barangkali karena kesukaannya ini, kelak menjadikan cara berpikir Tarmadji Boedi Harsono cepat kelihatan dewasa.
Masuk Persaudaraan Setia Hati Terate
Tarmadji Boedi Harsono mulai tertarik pada olah kanuragan (beladiri), saat berusia 12 tahun. Ceritanya, saat itu, tahun 1958, di halaman Rumah Dinas Walikota Madiun digelar pertandingan seni beladiri pencak silat (sekarang pemainan ganda). Satu tradisi tahunan yang selalu diadakan untuk menyambut hari proklamasi kemerdekaan. Tarmadji kecil sempat kagum pada permainan para pendekar yang tanpil di panggung. Terutama R.M Imam Koesoepangat, yang tampil saat itu dan keluar sebagai juara.
Sepulang melihat gelar permainan seni bela diri beladiri pencat silat itu, benaknya dipenuhi obsesi keperkasaan para pendekar yang tampil di gelangggang. Ia bermimipi dalam cita rasa dan kekaguman jiwa kanak-kanak. Cita rasa dan kekaguman itu, menyulut keinginan dia belajar pencak agar agar menjadi pendekar perkasa. Sosok pendekar sakti sekaligus juara, persis seperti yang tergambar dalam benaknya.
Kebetulan tidak jauh dari rumahnya, tepatnya di Paviliun Kabupaten Madiun (rumah keluarga R.M. Koesoepangat, terletak bersebelahan dengan Pendopo Kabupaten Madiun) ada latihan pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate. Pelatihnya adalah R.M. Imam Koesoepangat. Selang sepekan sejak menonton permainan seni pencak silat di halaman Rumah Dinas Walikota itu, Tarmadji Boedi Harsono memberanikan diri menemui R.M Imam Koesoepangat, meminta agar diperbolehkan ikut latihan ikut latihan. Namun, permintaan itu ditolak dengan alasan usianya masih terlalu muda.
Saat itu, ada tata tertib, yang boleh mengikuti latihan Persausaraan Setia Hati Terate adalah anak dengan usia 17 tahun ke atas (sudah dewasa). Atau anak yang sudah duduk di bangku SLTA . Ia baru diperbolehkan ikut latihan pada tahun berikutnya, yakni tahun 1959. Kebetulan adik mas Imam, R.M. Abdullah Koesnowidjojo (mas gegot), juga ngotot ingin ikut latihan. Untuk menemani, Tarmadji, akhirnya diperbolehkan ikut latihan, dengan syarat, harus menempati baris paling belakang, bersama-sama dengan Mas Gegot.
Kesempatan pertama yang diberikan padanya, benar, tak disia-siakan. Hari-hari setelah diizinkan ikut latihan, boleh dibilang, dipenuhi gerak dan langkah Persaudaraan Setia Hati Terate. Apalagi jadwal latihan saat itu belum terformat seperti sekarang ini. Kadang siang hari, sepulang R.M. Imam Koesoepangat dari pekerjaannya. Tidak jarang, ia berlatih di malam hari hingga waktu fajar. Satu hal yang cukup mendukung proses latihaimya adalah kedekatan tempat tinggalnya dengan Pavilium. Ini karena rumah keluarga Tarmadji hanya terpaut sekitar 200 meter arah barat dari Paviliun. Terlebih, R.M. Abdullah Koesnowidjojo sendiri merupakan teman akrabnya. Hampir setiap hari, ia bermain di Pavilium dan setiap pukul 13.00 WIB, ia dan R.M. Abdullah Koesnowidjojo, telah menunggu kepulangan Mas Imam (panggilan akrab R.M. Imam Koesoepangat) di beranda Pavilium. Begitu melihat Mas Imam pulang, ia langsung menyalaminya dan bersabar menunggu sang pelatih makan siang. Kadang harus bersabar pula menunggu cukup lama, karena Mas Imam perlu istirahat selepas kerja.
Berhari-hari, berbulan bahkan bertahun, ketekunan dan kesabaran serupa itu dilakukannya. Obsesinya hanya satu, ia ingin menjadi pendekar Persaudaraan Setia Hati Terate. Seorang pendekar yang tidak saja menguasai ilmu beladiri, tapi juga mengerti hakikat kehidupan. la ingin tampil menjadi sosok manusia seutuhnya. Manusia yang cukup diperhitungkan, menjadi teladan bagi sesama. Dan,jalan itu kini mulai terbuka. Tarmadji Boedi Harsono tidak ingin menyia-nyiakannya
Ketekunan dan kemauan kerasnya itu, menjadikan R.M. Imam Koesoepangat menaruh perhatian penuh padanya. Perhatian itu ditunjukkan dengan seringnya dia diajak mendampingi beliau melakukan tirakatan ke berbagai tempat, kendati saat itu masih siswa dan belum disyahkan.
Dari Paviliun ini, Tarmadji Boedi Harsono kecil, selain belajar pencak silat, juga mulai menyerap ajaran tatakrama pergaulan dalam lingkup kaum ningrat. Satu tatanan pergaulan kelompok bangsawan trah kadipaten pada zamannya. Pergaulannya dengan R.M. Imam Koesoepangat ini, membuka cakrawala baru baginya. Tarmadji yang lahir dan berangkat dari keluarga awam, sedikit demi sedikit mulai belajar tatakrama rutinitas hidup kaum bangsawan. Dari tatakrama bertegur sapa dengan orang yang usianya lebih tua, bertamu, makan, minum. hingga ke hal-hal yang berbau ritual, misalnya olahrasa (latihan mempertajam daya cipta) atau laku tirakat. Dalam istilah lebih ritual lagi, sering disebut sebagai tapa brata, di samping tetap tekun belajar olah kanuragan.
Salah satu pesan yang selalu ditekankan R.M. Imam Koesoepangat setiap kali mengajak dia melakukan tirakatan adalah; “Jika kamu ingin hidup bahagia, kamu harus rajin melakukan tirakat. Disiplin mengendalikan dirimu sendiri dan jangan hanya mengejar kesenangan hidup. Nek sing mokgoleki senenge, bakal ketemu sengsarana. Kosokbaline, nek sing mokgoleki sengsarane, bakal ketemu senenge (Jika kamu hanya mengejar kesenangan kamu akan terjerumus ke lembah kesengsaraan. Sebaliknya jika kamu rajin berlatih, mengendalikan hawa nafsu tirakatan, kelak kamu akan menemukan kebahagiaan). Ingat, Sepira gedhening sengsara, yen tinampa amung dadi coba (Seberat apa pun kesengsaraan yang kamu jalani, jika diterima dengan lapang dada, akan membuahkan hikmah).
Berangkat dari Pavilum ini pula, dia mulai mengenal tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate, seperti Soetomo Mangkoedjojo, Badini, Salyo (Yogyakarta). Murtadji (Solo), Sudardjo (Porong) dan Harsono (putra Ki HadjarHardjo Oetomo -pendiri PSHT), Koentjoro, Margono, Drs. Isayo (ketiganya tinggal di Surabaya, serta Niti (Malang). Di samping mulai akrab dengan sesama siswa Persaudaraan Setia Hati Terate. Di antaranya, Soedibjo (sekarang tinggal di Palembang), Sumarsono (Madiun), Bambang Tunggul Wulung (putra Soetomo Mangkoedjojo, kini tinggal di Semarang), Sudiro (alm), Sudarso (alm), Bibit Soekadi (alm) dan R.M. Abdullah Koesnowidjojo (alm).
Suatu malam, tepatnya sepekan sebelum dia disyahkan, Soetomo Mangkoedjojo datang ke rumahnya. Padahal saat itu malam sudah larut dan ia sendiri mulai beranjak tidur. Mendengar suara ketukan di pintu, ia pun bangkit, membukakan pintu. la sempat kaget saat mengetahui yang datang adalah tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate. Namun ketika dipersilakan masuk, Soetomo Mangkoedjojo menolaknya dan hanya berpesan,” Dik, persaudaraan nang SH Terate, nek ana sedulure teko, mbuh iku awan apa bengi, bukakno lawang sing amba. Mengko awakmu bakal entuk hikmahe, ” (Dik, Persaudaraan di Setia Hati Terate itu, jika ada saudara datang, entah itu siang atau malam, bukakan pintu lebar-lebar. Nanti, engkau bakal mendapatkan hikmah.)”
Pesan dari tokoh peletak dasar organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate itu, hingga di hari tuanya,seolah-olah terus terngiang dalam benaknnya. Pesan itu pulalah yang menjadikan dirinya setiap saat selalu bersedia membukakan pintu bagi warga Persaudaraan Setia Hati Terate yang bertandang ke rumahnya di Jl. MT. Haryono 80 Madiun, hingga saat ini.
Setelah berlatih selama lima tahun, yakni pada tahun 1963, Tarmadji Boedi Harsono disyahkan menjadi Pendekar Persaudaraan Setia Hati Terate Tingkat I, bersama-sama Soediro,Soedarso, Bibit Soekadi, Soemarsono, Soedibjo, Bambang Tunggul Wulung dan R.M Abdullah Koesnowidjojo.
Turun ke Gelangang
Keberhasilan Tarmadji Boedi Harsono meraih gelar Pendekar Tingkat I, tidak menjadikan dirinya besar kepala. la justru menerima anugerah tersebut dengan rasa syukur dan tetap tawakal. la berprinsip, keberhasilan itu barulah awal dari perjalanannya di dunia ilmu kanuragan. Masih banyak hal yang harus dipelajarinya. Dan, itu hanya bisa dilakukan jika ia tetap tekun berlatih dan belajar. Pilihannya sudah bulat. Maknanya, ia pun harus mampu melanjutkan perjalanan hingga ke titik akhir.
Pada tahun 1961, Tarmadji mulai masuk ke gelanggang pendulangan medali pencak silat dan berhasil meraih juara I dalam permainan ganda tingkat kanak-kanak se Jawa Timur, berpasangan dengan Abdullah Koesnowidjojo. Sukses itu, diulang lagi tahun 1963. Di tahun yang sama, sebenamya Tarmadji berkeinginan turun ke pertandingan adu bebas di Madiun, akan tetapi Mas Imam melarang. la sempat menangis karena dilarang ikut bertanding. Tahun 1966, pasangan Tarmadji dan RB. Wijono kembali ikut kejuaraan yang sama di Jatim. Namun ia sombong sebelum bertanding. Meremehkan lawan. Akibatnya, gagal mempertahankan juara dan hanya berhasil merebut juara II. Kesombongan berbuah kehancuran. Kegagalan mempertahankan gelar ini, menjadikan dirinya malu berat dan tidak mau mengambil tropi kejuaraan.
Kasus serupa terulang lagi pada tahun 1968, saat mengikuti kejuaraan di Jember. Padahal sebelum berangkat Mas Imam sudah memperingatkan agar ia tidak usah ikut karena kurang persiapan. Namun Tarmadji nekat berangkat. Dan, hasilnya adalah kekalahan yang menyedihkan, karena hanya berhasil menjadi Juara harapan.
Kegagalan demi kegagalan mempertahankan gelar juara, menjadikan Tarmadji sadar bahwa sombong dan meremehkan lawan hanya akan menuai kekalahan. Untuk itu ia musti berlatih lagi. Pempersiapkan diri sebelum bertanding. Hasilnya, ia kembali mampu merebut juara I di Pra PON VII, Surabaya. Di PON VII, ia meraih juara III.
Pengalaman bertanding di gelanggang ini merupakan bekal Tarmadji melatih altet pada tahun-tahun tujuh puluhan. Bahkan pada tahun 1978, ia memberanikan diri menerjunkan altet ke gelanggang pertandingan, kendati Mas Imam, kurang sependapat. Dalam kurun waktu 1974-1978, Mas Imam sempat mengambil kebijakan tidak menurunkan atlet ke gelanggang. Namun pada tahun 1978, Tarmadji memberanikan diri membawa atlet asuhannya ke gelanggang. la pula yang berhasil meyakinkan Mas Imam, bahwa Persaudaraan Setia Hati Terate masih tetap diperhitungkan di gelanggang kejuaraan. Terbukti, sejumlah atlet asuhannya, berhasil meraih medali kejuaraan.
Sementara itu, di luar ketekunannya memperdalam gerak raga, Tarmadji Boedi Harsono kian khusyuk dalam memperdalam olah rasa. Hubungan dekatnya dengan R.M Imam Koesoepangat, memberi kesempatan luas pada dirinya untuk memperdalam Ke-SH-an. Jika dulu, ketika belum disyahkan menjadi pendekar tingat I, ia hanya diajak mendampingi Mas Imam saat beliau melakukan tirakatan, sejak disyahkan ia mulai dibimbing untuk melakukan tirakatan sendiri. Beberapa tatacara dan tatakrama laku ritual mulai diberikan, di samping bimbingan dalam menghayati jatidiri di tengah-tengah rutinitas kehidupan ini.
Di penghujung tahun 1965, setamat Tarmadji Boedi Harsono dari SMA, semangatnya untuk memperdalam ilmu Setia Hati kian menggebu. Bahkan di luar perintah R.M Imam Koesoepangat, ia nekat melakukan tirakat puasa 100 hari dan hanya makan sehari satu kali.waktu matahari tenggelam (Magrib). Ritual ini ditempuh karena terdorong semangatnya untuk merubah nasib. la ingin bangkit dari kemiskinan. la tidak ingin berkutat di papan terendah dalam strata kehidupan. la ingin diperhitungkan.
Genap 70 hari ia berpuasa, R.M Imam Koesoepangat memanggilnya. Malam itu, ia diterima langsung di ruang dalem paliviun. Padahal biasanya Mas Imam hanya menerimanya di ruang depan atau pendopo. Setelah menyalaminya, Mas Imam malam itu meminta agar ia menyelesaikan puasanya. Menurut Mas Imam, jika puasanya itu diteruskan justru akan berakibat fatal.”Dik Madji bisa gila, kalau puasanya diteruskan. Laku itu tidak cocok buat Dik Madji,” ujar Mas Imam.
“Di samping itu,” lanjut Mas Imam,” Dik Madji itu bukan saya dan saya bukan Dik Madji. Maka, goleko disik sangune urip Dik, lan aja lali golek sangune pati (carilah bekal hidup lebih dulu dan jangan lupa pula mencari bekal untuk mati).”
Kemudian dengan bahasa isyarat (sanepan) Mas Imam memberikan petunjuk tata cara laku tirakat yang cocok bagi dirinya. “Api itu musuhnya air, Dik,” ujar Mas Imam. Sanepan itu kemudian diterjemahkan oleh Tarmadji dalam proses perjalanan hidupnya, hingga suatu ketika ia benar-benar menemukan laku yang sesuai dengan kepribadiannya. la menyebut, laku tersebut sebagai proses mencari jati diri atau mengenal diri pribadi. Yakni, ilmu Setia Hati.
Malam itu juga, atas nasihat dari R.M Imam Koesoepangat, Tarmadji mengakhiri laku tirakatnya. Pagi berikutnya, ia mulai keluar rumah dan bergaul dengan lingkungan seperti hari-hari biasanya. Enam bulan berikutnya, ia mulai mencoba mencari pekerjaan dan diterima sebagai karyawan honorer pada Koperasi TNI AD, Korem 081 Dhirotsaha Jaya Madiun. Pekerjaan ini dijalaninya hingga tahun 1971.
Pada tahun 1972, ia berpindah kerja di Kantor Bendahara Madiun, namun hanya bertahan beberapa bulan dan pindah kerja lagi di PT. Gaper Migas Madiun pada paroh tahun 1973. Setahun kemudian, ia menikah dengan Hj.Siti Ruwiyatun, setelah dirinya yakin bahwa honor pekerjaannya mampu untuk membina mahligai rumah tangga. (Dari pemikahannya ini, Tarmadji Boedi Harsono dikaruniai tiga orang putra. Yakni Dani Primasari Narendrani,S.E, Bagus Rizki Dinarwan dan Arya Bagus Yoga Satria).
Di tempat kerja yang baru ini, tampaknya, Tarmadji menemukan kecocokan. Terbukti, ia bisa bertahan lama. Bahkan pada tahun 1975 ia ditunjukkan untuk menjadi semi agen minyak tanah dan diberi keleluasaan untuk memasarkan sendiri. Berawal dari sini, perekonomian keluarganya mulai kokoh. Sedikit demi sedikit ia mulai bisa menyisihkan penghasilannya, hingga pada tahun 1976 berhasil membeli armada tangki minyak tanah sendiri. Berkat keuletan dan perjuangan panjang tanpa kenal menyerah, pada tahun 1987, Termadji Boedi Harsono diangkat menjadi agen resmi Pertamina. Dalam perkembangannya, ia bahkan berhasil dipercaya untuk membuka SPBU (Pom Bensin) di Beringin Ngawi. Bahkan di dunia bisnis migas ini, ia ditunjuk memegang jabatan sebagai Ketua III, DPD V Hiswana Migas dengan wilayah kerja Jawa Timur, Bali, NTT dan NTB.
Tampaknya dunia wirausaha memang tepat baginya. Ini bisa dilihat lewat pengembangan sayap usahanya, yang tidak hanya berkutat dibidang migas,tapi juga merambah ke dunia telekomunikasi dengan mendirikan sejumlah Wartel (warung telekomunikasi). Malahan di bidang ini, ia ditunjuk debagai Ketua APWI (Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia) untuk daerah Madiun dan sekitamya.
Di sela-sela kesibukan kerja Tarmadji Boedi Harsono tetap mengembangkan Persaudaraan Setia Hati Terate. Bahkan, tidak jarang ia rela mengalahkan kepentingan keluarga dan pekerjaannya demi Persaudaraan Setia Hati Terate. “Persaudaraan Setia Hati terate adalah darah dagingku. la sudah menjadi bagian dari hidupku sendiri,” tutumya.
Sementara itu, kebiasaan nyantrik di kediaman R.M Imam Koesoepangat terus dijalani. Kepercayaan dan perhatian Mas Imam sendiri setelah ia berhasil menyelesaikan pelajaran tingkat I, semakin besar. Sampai-sampai kemana pun Mas Imam pergi, ia selalu diajak mendampinginya. Tahun 1970 ia disyahkan menjadi pendekar Persaudaraan Setia Hati Terate tingkat II. Tahun 1971, Tarmadji dipercaya menjadi Ketua Cabang Persaudaraan Setia Hati Terate Madiun. Jabatan tersebut dijalani hingga tahun 1974.
Latihan Tingkat III
Pada suatu siang, sekitar pukul 11.00 WIB, di Tahun 1978, Tarmadji dipanggil R.M Imam Koesoepangat di rumah Pak Badini. Orang yang diminta memanggil dia adalah Soebagyo.TA. Tanpa berpikir dua kali, ia berangkat ke Oro-Oro Ombo, tempat kediaman Pak Badini. Mas Imam mengutarakan niat, akan membuka latihan tingkat III. Tarmadji sendiri yang dipilih untuk dilatih sekaligus diangkat dan disyahkan menjadi Pendekar Tingkat III.
“Kula piyambak,Mas? (Saya sendiri,Mas?)” tanya Tarmadji agak kaget.
“Njih.Dik. Dik Madji piyambak!, (Ya, Dik. Hanya Dik Tarmadji sendiri!)” jawab Mas Imam.
Mendengar jawaban itu, Tarmadji dengan santun, menolak. la tidak bersedia disyahkan menjadi Pendekar Tingkat III jika sendirian. “Kula nyuwun rencang. Mas (Saya minta teman,Mas), “Tarmadji meminta.
“Nek Dik Madji nyuwun rencang, sinten? (Kalau Dik Madji minta teman, siapa?)” tanya Mas Imam.
Tarmadji saat itu langsung menyebut nama-nama Pendekar Tingat II seangkatan. Namun Mas Imam menolak dan bersikukuh tetap hanya akan mengangkat Tarmadji sendiri. Terjadi tarik ulur. Satu sisi Mas Imam bemiat hanya akan mengangkat dia, namun Tarmadji tetap minta teman.
“Sapa Dik, kancamu?” tanya Mas Imam. Tarmadji menyebut nama Soediro.
Nama ini pun semula ditolak. Namun atas desakan dia, akhimya Mas Imam menyetujui dengan syarat ia harus mau ikut menangung risiko. Dalam pikiran Tarmadji, apa yang disebut risiko, waktu itu adalah risiko pembiayaan yang terkait dengan pengadaan persyaratan pengesahan (ubarampe). Karenanya, ia langsung menyanggupi.
Hari-hari berikutnya, Tarmadji dan Soediro, mulai berlatih tingkat III. Pelaksanaan latihan berjalan lancar. Namun pada saat mereka disyahkan, sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Sesuatu itu, adalah hal yang di luar perhitungan akal sehat. Sesuatu yang erat kaitannya dengan misteri ghaib. Tarmadji tidak pemah menduga bahwa misteri itu akan berbuntut panjang. Dan, Wallahu a’lam bi ssawab, hanya Allah yang Maha Mengerti. Temyata dalam perjalan hidup, Soediro lebih dulu dipanggil Yang Kuasa.
Peristiwa itu, sungguh, sangat menggetarkan jiwa Tarmadji. Pedih rasanya. Lebih pedih lagi, saat ia melihat Mas Imam menangis di samping jenazah saudara seperguruannya itu. Semoga anrwah beliau diterima di sisi-Nya.
Dipercaya Memimpin Organisasi
Keberhasilannya mempelajari ilmu tertinggi di organisasi tercinta ini, menambah dirinya kian mantap, kokoh dan semakin diperhitungkan.
Cantrik setia R.M Imam Koesoepangat yang di waktu-waktu sebelumnya selalu tampil di belakang ini, sejak berhasil menyelesaikan puncak pelajaran di Persaudaraan Setia Hati Terate, mulai diterima dan diperhitungkan di kalangan tokoh organisasi tercinta. Sejalan dengan kapasitasnya sebagai Pendekar Tingkat ni, ia mulai dipercaya tampil ke depan dengan membawa misi organisasi. Tahun 1978 Tarmadji dipilih menjadi Ketua I, mendampingi Badini sebagai Ketua Umum Persaudaraan Setia Hati Terate. Puncak kepercayaan itu berhasil diraih pada MUBES Persaudaraan Setia Hati Terate Tahun 1981. Yakni dengan terpilihnya ia menjadi Ketua Umum Pusat.
Setahun setelah Tarmadji Boedi Harsono memimpin organisasi, sejumlah terobosan yang dimungkinkan bisa mendukung pengembangan sayap organisasi diluncurkan.Salah satu produk kebijakan yang dilahirkan adalah pendirian Yayasan Setia Hati Terate lewat Akta Notaris Dharma Sanjata Sudagung No. 66/1982. Yayasan Setia Hati Terate merupakan komitmen organisasi untuk andil memberikan nilai lebih bagi masyarakat, khususnya di sektor ril. Dalam perkembangannya, di samping berhasil mendirikan Padepokan Persaudaraan Setia Hati Terate di atas lahan seluas 12.290 m yang beriokasi di Jl. Merak Nambangan Kidul Kodya Madiun, yayasan ini juga mendirikan dua lembaga pendidikan formal Sekolah Menengah Umum (SMU) Kususma Terate dan Sekolah Menengah Industri Pariwisata (SMIP) Kusuma Terate serta lembaga pendidikan ketrampilan berupa kursus komputer.
Sedangkan untuk meningkatkan perekonomian warganya, Tarmadji Boedi Harsono meluncurkan produk kebijakan dalam bentuk koperasi yang kemudian diberi nama Koperasi Terate Manunggal.
Hingga saat ini, Yayasan Setia Hati Terate telah memiliki sejumlah aset, antara lain tanah seluas 12.190 m2 yang di atasnya berdiri sarana dan prasarana phisik seperti: gedung Pendapa Agung Saba Wiratama, gedung Sekretariat Persaudaraan Setia Hati Terate, gadung PUSDIKLAT (Sasana Kridangga), gedung pertemuan (Sasana Parapatan), gedung Training Centre (Sasana Pandadaran), gedung Peristirahatan (Sasana Amongraga), Kantor Yayasan Setia Hati Terate, gedung SMU dan SMTP Kusuma Terate, gadung Koperasi Terate Manunggal dan Mushola Sabaqul Khoirot.
Searah dengan itu, pergaulannya dengan para tokoh Persaudaraan Setia Hati Terate pun semakin diperluas. Beberapa tokoh berpengaruh di organisasi tercinta didatangi. Dari para tokoh yang didatangi itu, ia tidak saja mampu memperdalam olah gerak dan langkah Persaudaraan Setia Hati Terate, tapi juga menerima banyak wejangan kerokhanian. Bahkan saat Tarmadji Boedi Harsono dipercaya untuk memimpi Persaudaraan Setia Hati Terate, sejumlah tokoh yang dulu pemah dihubunginya itu dengan rela menyerahkan buku-buku pakem Ke-SH-an yang mereka tulis sendiri
Wejangan, baik lisan maupun tulisan, dari para tokoh dan sesepuh ini dikemudian hari dijadikan bekal dalam memimpin Persaudaraan Setia Hati Terate. Dan terlepas dari segala kelemahannya, terbukti Tarmadji Boedi Harsono mampu membawa Persaudaraan Setia Hati Terate menjadi sebuah organisasi yang cukup diperhitungkan tidak saja di dunia persilatan tapi juga di sektor lainnya.
Sementara itu, penggarapan di sektor ideal dalam bentuk penyebaran ajaran budi luhur lewat Persaudaraan Setia Hati Terate tetap menjadi prioritas kebijakan. Dan hasilnya pun cukup melegakan. Terbukti, sejak tampuk pimpinan organisasi di pegang oleh Tarmadji Boedi Harsono, Persaudaraan Setia Hati Terate yang semula hanya berkutat di Pulau Jawa, sejengkal demi sejengkal mulai merambah ke seluruh pelosok tanah air. Bahkan mengembang lagi hingga ke luar negeri. Tercatat hingga paroh tahun 2000, Persaudaraan Setia Hati Terate telah memiliki 146 cabang di 16 provinsi di Indonesia, 20 komisariat di perguruan tinggi dan manca negara dengan jumlah anggota mencapai 1.350.000 orang.
Yang patut dipertanyakan adalah, misteri apa berpusar dibalik keberhasilan dia membawa Persaudaraan Setia Hati Terate ke tingkat yang lebih terhormat dan cukup diperhitungkan. Jawabnya, temyata ada pada tiga titik inti yang jika ditarik garis lurus akan membentuk misteri segi tiga. Titik pertama berada di Desa Pilangbango, Madiun (kediaman Ki Hadjar Hardjo Oetomo – titik lahimya Persaudaraan Setia Hati Terate), titik kedua berada di Pavilium Kabupaten Madiun (kediaman R.M Imam Koesoepangat – titik perintisan Persaudaraan Setia Hati Terate) dan titik ketiga berada di Padepokan Persaudaraan Setia Hati Terate Jl. Merak Nambangan Kidul Kodya Madiun – titik H. Tarmadji Boedi Harsono,S.E mengembangkan Persaudaraan Setia Hati Terate.
Kiprah di Luar Persaudaraan Setia Hati Terate
Tampaknya memang bukan H. Tarmadji Boedi Harsono,S.E, jika ia hanya puas berkutat dengan prestasi yang dicapai di dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate. Sebagai bagian dari anggota masyarakat, ia pun terbukti tampil cukup diperhitungkan. Tokoh yang mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari Unmer Madiun ini juga andil di organisasi masyarakat. Bahkan sempat menduduki sejumlah jabatan cukup strategis hampir di setiap organisasi yang diikutinya.
Di sisi lain, kariermya di bidang politik juga cukup matang. Terbukti ia dipercaya menjadi wakil rakyat Kodya Madiun (anggota DPRD) hingga dua periode. Masing- masing periode 1987 -1992 dananggotaDPRDKodyaMadiunperiode 1997 – 1999. Puncak prestasi yang berhasil diraih di bidang politik ini tercipta pada tahun 1998, di mana H. Tarmadji Boedi Harsono,S.E diberi kepercayaan untuk tampil 1 sebagai salah seorang Calon Wali Kota Madiun
Sementara itu, menyadari dirinya adalah seorang muslim, pada tahun 1995 ia bersama istri tercinta, Siti Ruwiatun berangkat ke tanah suci Mekah Al Mukaromah menjadi tamu Allah, menunaikan rukun Islam yang kelima, yakni ibadah haji. Ibadah ini kembali diulang pada tahun 2000. Sepulang menjalankan ibadah haji, ia dipercaya memimpin IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) Kodya Madiun.

Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo (Eyang Suro)


Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo nama kecilnya adalah Muhamad Masdan, yang lahir pada tahun 1876 di Surabaya putra sulung Ki Ngabei Soeromihardjo (mantri cacar di ngimbang kab: jombang Ki ngabei Soeromihardjo adalah saudara sepupu RAA Soeronegoro (bupati Kediri pada saat itu). Ki Ageng soerodiwirdjo mempunyai garis keterunan batoro katong di Ponorogo, beliau kawin dengan ibu sarijati umur 29 tahun di surabaya dari perkawinan itu dianugrahi 3 anak laki-2 dan 2 anak perempuan namun semuanya meninggal dunia sewaktu masih kecil.
Pada usia 14 tahun (th 1890) beliau lulus SR sekarang SD kemudian diambil putra oleh pamanya (wedono di wonokromo) dan tahun 1891 yaitu tepat berusia 15 tahun ikut seorang kontrolir belanda di pekerjakan sebagai juru tulis tetapi harus magang dahulu (sekarang capeg). Pada usia yang relatif masih muda Ki Ageng Soerodiwirdjo mengaji di pondok pesantren tibu ireng jombang, dan disini lah beliau belajar pencak silat pada tahun 1892 pindah ke bandung tepatnya di parahyangan di daerah ini beliau berksempatan menambah kepandaian ilmu pencak silat. Ki Ageng Soerodiwirdjo adalah seorang yang berbakat, berkemauan keras dan dapat berfikir cepat serta dapat menghimpun bermacam-macam gerak langkah permainan. Pencak silat yang di ikuti antar lain:
* Cimande
* Cikalong
* Cibaduyut
* Ciampea
* Sumedangan
Tahun 1893 beliau pindah ke jakarta, di kota betawi ini hanya satu tahun tetapi dapat mempergunakan waktunya untuk menambah pengetahuan dalam belajar pencak silat yaitu:
* Betawian
* Kwitangan
* Monyetan
* Toya
Pada tahun 1894 Ki Ageng Soerodiwirdjo pindah ke bengkulu karena pada saat itu orang yang di ikutinya (orang belanda) pindah kesana.di bengkulu permainanya sama dengan di jawa barat, enam bulan kemudian pindah ke padang. Di kedua daerah ini Ki Ageng Soerodiwirdjo juga memperdalam dan menambah pengetahuannya tentang dunia pencak silat. Permainan yang diperolehnya antara lain : minangkabau
* Permainan padang Pariaman
* Permainan padang Sidempoan
* Permainan padang Panjang
* Permainan padang Pesur / padang baru
* Permainan padang sikante
* Permainan padang alai
* Permainan padang partaikan
Permainan yang di dapat dari bukit tinggi yakni :
* Permainan Orang lawah
* Permainan lintang
* Permainan solok
* Permainan singkarak
* Permainan sipei
* Permainan paya punggung
* Permainan katak gadang
* Permainan air bangis
* Permainan tariakan
Dari daerah tersebut salah satu gurunya adalah Datuk Rajo Batuah. Beliau disamping mengajarkan ilmu kerohanian. Dimana ilmu kerohanian ini diberikan kepada murid-murid beliau di tingkat II.
Pada tahun 1898 beliau melanjutkan perantuanya ke banda aceh, di tempat ini Ki Ageng Soerodiwirdjo berguru kepada beberapa guru pencak silat, diantarnya :
* Tengku Achamd mulia Ibrahim
* Gusti kenongo mangga tengah
* Cik bedoyo
Dari sini diperoleh pelajaran – pelajaran, yakni:
* Permainan aceh pantai
* Permainan kucingan
* Permainan bengai lancam
* Permainan simpangan
* Permainan turutung
Pada tahun 1902 Ki Ageng Soerodiwirdjo kembali ke Surabaya dan bekerja sebagai anggota polisi dengan pangkat mayor polisi. Tahun 1903 di daerah tambak Gringsing untuk pertama kali Ki Ageng Soerodiwirdjo mendirikan perkumpulan mula-mula di beri nama ‘SEDULUR TUNGGAL KECER” dan permainan pencak silatnya bernama “ JOYO GENDELO” .
Pada tahun 1917 nama tersebut berubah, dan berdirilah pencak silat PERSAUDARAAN SETIA HATI, (SH) yang berpusat di madiun tujuan perkumpulan tersebut diantaranya, agar para anggota (warga) nya mempunyai rasa Persaudaraan dan kepribadian Nasional yang kuat karena pada saat itu Indonesia sedang di jajah oleh bangsa belanda. Ki Ageng Soerodiwirdjo wafat pada hari jum`at legi tanggal 10 nopember 1944 dan di makamkan di makam Winongo madiun dalam usia enam puluh delapan tahun (68).

Ki Hajar Harjo Utomo


Sejarah singkat Ki Hajar Hardjo Oetomo sangat diperlukan bagi para kadang PSHT . Bukan hanya sekedar menambah wawasan pengetahuan, melainkan juga bahan renungan guna meyakini kebaikan dan kebenaran ajaran luhur PSHT .
Jiwa patriotisme yang tinggi ditunjukkan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo, salah seorang Saudara Tertua Setia Hati, dengan bantuan teman-temannya dari Pilang Bango, Madiun dengan berani menghadang kereta api yang lewat membawa tentara Belanda atau mengangkut perbekalan militer. Penghadangan, pelemparan, dan perusakkan yang terjadi berulang-ulang sampai akhirnya ia ditangkap PID Belanda dan mendapat hukuman kurungan di penjara Cipinang dan dipindahkan ke Padang, Sumatera Barat. Setelah dibebaskan, Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang telah mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club yang kemudian mengaktifkan kembali perguruannya sampai akhirnya berkembang dengan nama Persaudaraan Setia Hati Terate.
Persaudaraan Setia Hati Terate dalam perkembangannya dibesarkan oleh RM Imam Koesoepangat murid dari Mohammad Irsyad kadhang (saudara) Setia Hati Pencak Sport Club (SH PSC) yang merupakan murid dari Ki Hadjar Hardjo Oetomo.
Sebelum menjadi kadhang SH dan mendirikan SH PSC, Ki Hadjar Hardjo Oetomo magang sebagai guru di SD Banteng Madiun. Tidak betah menjadi guru, bekerja di Leerling Reambate di SS (PJKA) Bondowoso, Panarukan dan Tapen. Tahun 1906 keluar dari PJKA dan bekerja menjadi Mantri Pasar Spoor Madiun di Mlilir dengan jabatan terakhir sebagai Ajudan Opsioner Pasar Mlilir, Dolopo, Uberan dan Pagotan (wilayah selatan Madiun). Pada tahun 1916 bekerja di pabrik gula Redjo Agung Madiun. Tahun 1917 masuk menjadi saudara SH dan dikecer langsung oleh Ki Ngabei Soerodiwirjo, pendiri Persaudaran Setia Hati. Pada tahun ini bekerja di stasiun kereta api Madiun hingga menjabat Hoof Komisaris. Tahun 1922 bergabung dengan Sarekat Islam dan mendirikan Setia Hati Pencak Sport Club di Desa Pilangbango, Madiun, yang kemudian berkembang sampai ke daerah Nganjuk, Kertosono, Jombang, Ngantang, Lamongan, Solo, dan Yogyakarta.
Tahun 1925, ditangkap oleh Pemerintah Belanda dan dipenjara di Cipinang, kemudian dipindahkan ke Padang, Sumatra Barat selama 15 tahun. SH PSC dibubarkan Belanda karena terdapat nama “pencak”. Setelah pulang dari masa tahanan mengaktifkan kembali SH PSC dan untuk menyesuaikan keadaan, kata “pencak” pada SH PSC menjadi “pemuda”. Kata “pemuda” semata-mata hanya untuk mengelabui Belanda agar tidak dibubarkan. Bertahan sampai tahun 1942 bersamaan dengan datangnya Jepang ke Indonesia.
Tahun 1942, atas usul saudara SH PSC Soeratno Soerengpati tokoh pergerakan Indonesia Muda, nama SH Pemuda Sport Club diubah menjadi Setia Hati Terate. Pada waktu itu SH Terate bersifat perguruan tanpa organisasi.
Tahun 1948, atas prakarsa Soetomo Mengkoedjojo, Darsono,dan lain-lain mengadakan konferensi di rumah Ki Hadjar Hardjo Oetomo di desa Pilangbango, Madiun. Hasil konferensi menetapkan Setia Hati Terate yang dulunya bersifat perguruan diubah menjadi organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate dengan diketuai oleh Oetomo Mangkoewidjojo dengan wakilnya Darsono. Kemudian secara berturut-turut:
• Tahun 1950, Ketua Pusat oleh Mohammad Irsyad.
• Tahun 1974, Ketua Pusat oleh RM Imam Koesoepangat.
• Tahun 1977-1984, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Badini.
• Tahun 1985, Ketua Dewan Pusat oleh RM Imam Koesoepangat dan Ketua Umum Pusat oleh Tarmadji Boedi Harsono.
• Tahun 1988, Ketua Dewan Pusat RM Imam Koesoepangat meninggal dunia dan PSHT dipimpin oleh Ketua Umum Tarmadji Boedi Hardjono sampai sekarang.
Untuk menjadi saudara pada Persaudaraan Setia Hati “Terate” ini, sebelumnya seseorang itu terlebih dahulu harus mengikuti pencak silat dasar yang dimulai dari sabuk hitam, merah muda, hijau dan putih kecil. Pada tahap ini seseorang tersebut disebut sebagai siswa atau calon saudara.
Selama dalam proses latihan pencak silat, seorang pelatih/warga (saudara SH) juga memberikan pelajaran dasar ke-SH-an secara umum kepada para siswa.
Setelah menamatkan pencak silat dasar tersebut, seseorang yang dianggap sebagai warga atau saudara SH adalah apabila ia telah melakukan pengesahan yang dikecer oleh Dewan Pengesahan. Dewan pengesahan ini termasuk saudara SH yang “terbaik dari yang terbaik” yang dipilih melalui musyawarah saudara-saudara SH. Proses kecer tersebut berlangsung pada bulan Syura. Adapun sarat yang harus disediakan dalam pengeceran antara lain: Ayam jago, mori, pisang, sirih, dan lain sebagainya sarat-sarat yang telah ditentukan.
Dalam proses pengeceran ini, kandidat diberi pengisian dan gemblengan jasmani dan rohani dan ilmu ke-SH-an serta petuah-petuah, petunjuk-petunjuk secara mendalam dan luas. Saudara SH yang baru disahkan tersebut, dalam tingkatan ilmu disebut sebagai saudara tingkat I (erste trap). Pada Persaudaraan Setia Hati Terate juga dibagi dalam tiga jenis tingkatan saudara yaitu saudara SH Tingkat I (ester trap), Tingkat II (twede trap), tingkat III (derde trap).
Pada Persaudaraan Setia Hati Terate diajarkan 36 jurus pencak silat yang merupakan warisan dari Ki Ngabei Soerodiwirjo di erste trap serta pelajaran ilmu ke-SH-an yang dapat diperoleh pada tingkatan twede trap dan derde trap. Jurus-jurus tersebut merupakan ramuan dari beberapa aliran pencak silat yang berada di nusantara, di antaranya dari Jawa Barat, Betawi (Jakarta), dan Minangkabau.
Khadang SH Terate tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan di beberapa negara seperti Belanda, Perancis, Belgia, Jerman, Amerika Serikat, Australia, Malaysia, Singapura, Vietnam, Brunei Darussalam. Secara administratif mulai dirintis pencatatan jumlah saudara pada tahun 1986. Sehingga jumlah saudara mulai tahun 1986 – 1999 sebanyak 108.267

Perkembangan SH Terate di Banyuwangi


Diawali dari saran Beliau Alm Mas Setyar Wardoyo Harjo kepada Alm. Mas Eddy Prasetyo BSc(Alm) untuk medirikan SHT di Banyuwangi pada tahun 1986. Maka dibukalah latihan di rumah Mas Eddy Prasetyo yang kemudian latihan dipindahkan ke Balai Desa Kalibaru Kulon dengan pelatih Mas Eddy P, Mas Yusuf Maulana dan Mas Hary Wuriyanto (sekarang pengurus Pusat).Dengan nama Cabang: Setia Hati Terate Cabang Kalibaru Banyuwangi. Selang dua tahun berjalan, mereka berhasil mengesyahkan angkatan pertama Kalibaru al: Supartono, Misnawi, Basuki, Sutomo, Destriyanto, Bambang dan Rosyid, yang pengesyahannya ikut Cabang Jember. Tercatat pula warga yang sering kunjung datang ke latihan saat itu adalah Mas Supadi dan Mas Fajar Sukmono. Mas Eddy Prasetyo BSc tidak ingin sendiri mengemban organisasi ini. Beliau terus berusaha mencari saudara2 warga SHT yg berdomisili di Banyuwangi. Sehingga berhasil menemukan kadang SHT al: Mas Darko, Mas Sukimin, Mas Pri Bagyo dll. ahirnya satu per satu saudara SHT ditemukannya di era 80an itu. Kira2 pd 1990 didirikan ranting Banyuwangi yang waktu itu latihannya di halaman PJR Banyuwangi oleh beberapa saudara kita al: Mas Joko Sulistyo, Mas Nyoto, Mujiwanto dan Mas Sugiri ( sekarang di situbondo) dan menghasilkan 2 orang warga yaitu Dik Drajat (bali) dan dik Syaiful(1992).Pada 1992 itu pula Saudara Supriyadi membuka latihan di STMN Banyuwangi. Pada tahun 1990 itu pula disusul berdirinya Ranting Muncar atas prakarsa Mas Budikuncahyo (bataut polsek Singojuruh sekarang) dan Mas Sukimin di halaman Polsek Muncar, namun hanya bertahan sampai sabuk jambon karena Mas Budi harus pindah tugas di Polsek Genteng. Pada 1992 protolan siswa jambon tersebut sempat di tarik kembali oleh kelompok kethoprak Siswa Budaya yang saat itu sedang tour show di muncar, namun hanya sampai sabuk hijau. Setelah beberapa lama fakum, pada 1993 Alm. Ansori berusaha menghidupkan kembali SHT muncar dengan membuka latihan di Sumberayu bersama Mas Kimin dan Darsono sehingga ranting Muncar bisa bertahan hingga sekarang ditangan adik2 dan saudara yang muda.
1991 Mas Eddy disyahkan menjadi warga tingkat 2. 1991 didirikan tempat latihan di glenmore oleh Mas Totok Alm, di rumahnya yang kemudian dipindahkan di Balai Desa Tegalharjo (Krikilan). Dari sekian banyak siswanya, satu satunya yg lolos jadi warga adalah Adi Suyanto(1993) suami Dik Nunung (1991). Tahun 1993 latihan dipindahkan di Balaidusun Sepanjang Kulon di utara setasiun Glenmore oleh Saudara Syukur dan Dik Yanto, dan mengesyahkan angkatannya dik Sadrin (1995) Tahun 1993 itu pula Syamsuri (Ketua Ranting Sekarang) merintis latihan di Tulungrejo, namun ndak sampai mengesyahkan warga. 1995 diadakan rapat di rumah saudara jimantoro dan menelorkan pengurus ranting; Jimantoro sebagai ketua, Sadrin sebagai wakil dan Juremi sebagai bendahara. sejak itu Glenmore menjadi Ranting baru. 1991 juga dibuka latihan di Curahjati-Purwoharjo oleh Saudara Dikan (Warga dari ngawi),dan berhasil mengesahkan beberapa orang warga diantaranya saudara kembar Jiman dan Jimin (1992). Mereka disyahkan dengan jurus blm lengkap (17)dan dsyahkan ikut cabang Ngawi. namun latihan ini tidak terdeteksi oleh Cabang. Tahunya ketika kami berada satu bus, Mereka pulang dari pengesahan dan saya pulang dari Madiun setelah mengikuti pertandingan di Kediri. Kemudian saya sarankan untuk sowan Mas Eddy Prasetyo untuk memperoleh bimbingan lebih lanjut. Oleh Mas Eddy mereka disarankan melengkapi jurusnya, dan ditunjuklah Mas Siwiyono yg waktu itu baru pulang dari Kalimantan utk ikut membimbing mereka.
‎1991, atas prakarsa Mas Bibit Rofii dan seorang warga SHT lainnya (maaf saya lupa namanya), mendirikan latihan di halaman mesjid kesilir. itulah yang kemudian menjadi cikal bakal SHT di wilayah Siliragung dan Pesanggaran. 1992 mengesyahkan warga al; Jauhari, kojinatul Asrori, Anam, Romli, Wari Handoyo. Tahun 1992, dibuka tempat tempat latihan baru di beberapa tempat dalam waktu yang hampir bersamaan, walau tidak ada koordinasi sebelumnya. diantraranya :1. Latihan di Wadungdolah Genteng. 2. Ponpes Darussalam Blok Agung oleh Mas Rojik (Alm). 3. Jajag oleh Dik Eko di SMAN Gambiran yang kemudian dipindahkan ke Balai Desa Jajag. 4. Persen Tegaldlimo oleh Mas Siwiyono. 1994 Cabang Banyuwangi mulai memisahkan diri dari Cabang Jember dan mengadakan Pengesahan sendiri di Kalibaru, dengan jumlah calon warga kurang lebih 43 orang, dengan tim Dewan pengesah Mas Panggul (Surabaya,Alm), Mas Tjatur NR (Probolinggo), Mas Gatot S (Prob,Alm), Mas Eddy Prasetyo (Bwi). 1994, atas prakarsa warga baru jajag ( Sutrisno, Handoko, Kusmiyanto, Mamik, Lilik, taufik, Slamet), dibuka latihan baru di Purwaharjo (pasar, yang kemudian dipindah ke Balai Desa ). 1995 dibuka tempat latihan di SMPN 2 Genteng oleh Mas Dharmawan dan Mas Harsono (Ket. Ranting Sempu) dengan tenaga pelatih dari Wadung dan Sempu. Latihan di SMPN 2 Genteng ini menjadi cikal bakal Ranting Sempu.
Pada era kepemimpinan Mas Pri Bagyo, berdiri latihan di desa Sragi-Songgon (2008) atas prakarsa saudara Mustaqim yang saat itu masih menjadi bagian/filial dari ranting Blok Agung. Dan ini menjadi rintisan berdirinya ranting Singojuruh. Bahkan pernah ditawarkan untuk membuka latihan di halaman rumah Mas Bambang dan SMKN Singojuruh yang mengajukan permohonan lisan kepada sdr Agung.2008 dibuka pula Komisariat UNIBA atas usulan saudara2 yang saat itu kuliah di UNIBA, al; Saudara Suyanto, Anang Supriyadi, Mila Karmila, Puruwito, Zainurridlo dll.
Era kepemimpinan Mas Sudarko, 2009 pernah dibuka latihan di sebuah Pondok Pesantren di wilayah Srono oleh Saudara Zainurridlo, namun belum berhasil membuahkan hasil. 2009 dibuka Ranting Bangorejo atas prakarsa saudara Munir, Baron, dan saudara lainnya dengan cikal bakal tempat latihan di MTs Negeri Sambirejo yang latihannya sudah berjalan sejak sekitar th 2005an dibawah asuhan saudara Arif Nur Samsu. 2010 resmi dibuka/didirikan Ranting Cluring. 2011 dibuka Ranting Rogojampi di Macan Putih atas surat permohonan yang ditandatangani oleh saudara Puruwito dan Suparno, Yang sebelumnya memang sudah dibuka latihan di MTs setempat dibawah naungan Komisariat UNIBA.

SEJARAH PENCAK SILAT

SEJARAH PENCAK SILAT

Pencak silat adalah seni bela diri asli Indonesia yang berabad-abad umurnya dandiwariskan secara turun-temurun dari generasi satu kegenerasi berikutnya.Menurut prof.Dr.Purbo Caroko dalam bukunya dituliskan bahwa Pencak Silat diteropongdari sudut kebangsaan Indonesia,wongso Negoro juga menuliskan dalam buku bahwa PencakSilat adalah gerak serang dan bela diri yang berupa tari yang berirama dengan peraturan adatkesopanan tertentu yang biasanya untuk pertunjukan umum,adapun ciri-ciri gerakan pencaksilat Indonesia yaitu:
1. Bersifat lentur,halus dan lemas tapi tetap menggunakan tenaga pada saat-saattertentu.
2. Tidak membutuhkan banyak ruang.
3. Lebih mengutaamakan mengelak,memeindahkan serangan lawan dan menguncidari pada membenturkan tenaga.
4. Banyak mnggunakan tenaga lawan dengan memanfaatkan keseimbangan lawan.
5. sikap tangan selalu dekat dengan badab,kecuali saat melakukan penyerangan.
6. Tendangan tidak terlalu tinggi dan tidak banyak menggunakan permainan tengahataupun bawah.
7. Dalam melakukan serangan/tangkisan tidak banyak suara.
8. Banyak tian ringan dalam melangkah.
9. Sikap selalu tenang dan santai tetapi tetap waspada.
10. Menggunakan kecepatan,ketepatan dan kelincahan.Meskipun ada ciri-ciri umum yang disebutkan diatas setiap daerah mempunyai ciri-cirikhusus yang disebabkan oleh pengaruh budaya,keadaan wilayah,kepribadian dan pendidikansetempat
SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA SETIA HATI
SH didirikan oleh KI NGABEI SOERO DIWIRJO yang diawali dengan berdirinya sedulur tunggalkecer pada tahun 1903 dikampung Tambak Gringsing,KI NGABEI SOERO DIWIRJO pada masakecilnya bernama MAS DHAN lahir Sabtu pahing 1869(tidak diketahui tanggal dan bulan).Beliau keturunan bupati gresik,ayahnya bernama KI NGABEI SOERO MIHARJO mantri cacardaerah Ngimbang Jombang,dan berikut saudara-saudaranya beliau:1.
Mas Dhan/KI Ngabei Soero Diwirjo2.
Noto/Gunadi tinggal di Surabaya3.
Suradi/Adi tinggal di Aceh4.
Wongso Harjo tinggal di Madiun5.
Karto Diwirjo tinggal di JombangSaudara laki-laki ayahnya bernama KI Ngabei Soero Amiprojo sebagai Wedono di Wonokromo Surabaya,saudara sepupunya adalah Raden Mas Kusumo Dinoto sebagai bupati Kediri.Seluruh keluarga ini keturunan dari Bethro Kathong di Ponorogo,putra raja Brawijaya diMojopahit.Tahun 1884 beliau berumur 15th dan magang menjadi juru tulis sebagai Kontrolir diJombang,sambil belajar dan mengajar ngaji beliau belajar pencak silat yang merupakan dasarkegemaran beliau untuk memperdalam pencak silat dari pendekar-pendekar periangan,adapun jurus-jurus yang di peroleh yaitu:-
Cimande-
Cikalong-
Cipete-
Cibedhuyut-
Cimalaya-
Ciampas-
Sumedangan
 Pada tahun 1886 beliau pindah ke Betawi dan bekerja di kantor Kontrolir Jakarta dan sekaligusmemperdalam pencak silat disana dan mendapatkan jurus-jurus:-
Betawen-
Kwitang-
Monyetan-
Permainan toya Tahun 1887 beliau pindah pekerjaan di kantor Kontrolir Padang,beliau berguru pada Datuk RajaBaduo di Ampengale kecamatan Pauh kota Padang,setelah Datuk Raja Baduo meninggal digantiadiknya yaitu Datuk Baduo.KI Ngabei Soero Diwirjo belajar selama 10 thn dan mendapat jurus-
Bungus-
Sport de kock-
Alang Lawas-
Klinto-
Alang Lipe-
SterlakSebagai tanda lulus beliau mempersembahkan pakaian hitam-hitam komplit pada gurunya.Di Padang beliau bertemu dengan Nyoman Ida Gempol,orang bali yang dibuang Belanda kePadang,beliau berguru ilmu kebatinan yang ilmunya menjiwai KI Ngabei Soero Diwirjo dalamsetia hati.Tahun 1897 beliau kawin dengan gadis di daerah Padang,pada tahun 1898 beliau danistrinya pindah ke Aceh bersama adiknya untuk belajar pencak silat pada Tengku AchmadIbrahim dan beliau memdapat jurus-jurus:-
Langsa-
Simpangan-
Kucingan-
Ginjai-
Taruntung
 Salah seorang guru beliau yang bernama Nyoman Ida Gempol memiliki motto dan ilmunyayang dapat dimiliki saudara-saudara SH yaitu
gerak lahir luluh dengan gerak batin,gerak batin tercermin oleh gerak lahir. Pada tahun 1900 beliau pindah ke Jakartamasinis stumbals lalu pindah ke bandung danmenceraikan istrinya yang dari padang.Tahun 1902 beliau pulang ke Surabaya dan bekerja sebagai Polisi Dinnar hinggamencapai pangkat sersan mayor.Di Surabaya beliau dikenal keberaniannya karena seringnyaberkelahi dengan pelaut-pelaut asing.Tahun 1903 beliau mendirikan pencak silat dengan nama JOYO GENDILO C.M dikampong Gringsing dengan hanya 8 orang siswa yang didahului oleh 2 orang saudara yaituNoto/Gunadi(adiknya sendiri) dan Kenevel(orang belanda)Tahun 1905 perkawinan yang kedua dengan ibu Sariati dengan 5 orang anak tapisemuanya meninggal dunia pada waktu keciTahun 1912 beliau berhenti sebagai polisi dan tahun 1917 beliau bekerja di DKA diSurabaya,lalu dipindahkan ke DKA Madiun dan beliau tinggal menetap di Winongo Madiun dania pun tetap aktif melatih pencak silat.Sejak itu di Madiun ada pasar malam,siswa JOYO GENDILO CIPTO MULYO berdemonstarsi dialun-alun dan banyak orang-orang yang kagum,akhirnya pun populer dan siswanya menjadibanyak.Atas usul dari saudara Osvia dan Mulo nama JOYO GENDILO CIPTO MULYO digantimenjadi SETIA HATI.Beliau menyetujui dan memang lebih serasi dengan tujuankekeluargaan,keluhuran budi dan kautaman.Tahun 1933 beliau pensiun.Tahun 1944 beliau wafat di Winongo Madiun tepatnya hari Jum’at Legi 10 November1944 dalam usia 75th. Pada pukul 14.oo wib.Beliau meninggalkan wasiat supaya pekarangannya di Wakafkan kepada SH dan selama Bu.Soero masih hidup tetap menetap disana menikmati pension beliau almarhum.Almarhum dimakamkan di Desa Winongo madiun dengan batu Nissangeranit dan di kelilingi bunga melati.
SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA PSHT
PSHT
didirikan oleh KI Hajar Harjo utomo di desa Pilangbangan Madiun,beliaumerupakan perintis kemerdekaan Republik Indonesia.Tahun 1905 beliau lulus dari sekolah Rakyat atau kelas dua(HIS),terus magang sebagaiGuru di Bateng Madiun,tidak cocok bakatnya lalu pindah kerja di SS (PJKA) sebagai leeringbempte di Bondowoso,Panarukan dan Tapen.Sikap beliau terlalu berani pada atasan lalumeninggalkan pekerjaan dan pulang ke Madiun.Tahun 1916 beliau kawin dan bekerja di pabrik Gula Redjo Agung Madiun.Tahun 1917 beliau keluar dari pabrik gula dan menunggu panggilan kerja di RumahGadai selama 1th,sambil menunggu panggilan tersebut beliau kerja harian di stasiun KAMadiun dan beliaupun mendirikan perkumpulanHARTA JAYA yang bertujuan memberantasrentenir.Pada tahun inilah beliau nyantrik pada KI Ngabei Soero Diwirjo menjadi orang yang disayang oleh KI Ngabei Soero Diwirjo.Tahun 1922 beliau mendirikan pencak silat SH di Pilangangau Madiun dengan namaPENCAK SPORT CLUB dengan dasar keberanian untuk melawan penjajah Belanda dan beliaukeliling di Daerah Kediri,Nganjuk,Kertosono,Lamungan,Jombang dan solo.Dengan kegiatan tersebut beliau sering keluar masuk tahanan karena sering ditangkap Belandadengan tuduhan SH Pilangbangau dicurigai sebagai tempat berkumpulnya para PatriotIndonesia untuk melawan Belanda.Tempat-tempat latihan SH juga sering dibub arkan plehbrlanda,sehingga latihannya sering juga berpindah-pindah tempat.Lalu untuk mengelabuhiBelanda nama SH diganti dengan nama PSC (Pemuda Sport Club),akhirnya saat itu beliauditangkap lagi oleh belanda dan ditahan di Madiun dan dibebaskan pada tahun 1925,dan saatdibebaskan dari tahanan putrinya yang bernama Harsani meninggal dunia dengan umur 1,6th. Tahun 1926 beliau ditangkap belanda lagi ,saat itu ibu Harjo Utomo sedangmengandung,karena didalam penjara Madiun ada pemberontakan dan beliau pun ikut terlibathal tersebut sehingga tahanannya ditambah 5th lalu dipindahka ke Buih Cipinang Jakarta selama2bln dan dipindahkan lagi ke Buih Pandangpanjang Sumatera.
Tahun 1932 beliau pulang dari pembuangan dalam penderitaan keluarga,akhirnya beliau tidakmengajarkan pencak silat lagi secara keliling dan hanya mengajar di PilangbangauMadiun.Adapun penghidupannya selalu tidak tetap dan beliau juga pernah ditolong oleh untukmenjadi Redaktur harian dan sebagai Okrol/Pengacara.Tahun 1942 pada masa pendudukan Jepang atas usul saudara SH PSC yaitu sdr.SuratnoSurengpati nama PSC diganti dengan nama PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE sampaisekarang dengan dasar tanpa organisasi atau dengan dasar PERSAUDARAAN.Tahun 1948 ats usul sdr.Soetomo Mangku Joyo,Jendro Harsono dan Sausara Soemadididakan konverensi PSHT di Pilangbangau dirumah sdr.Hardjo Utomo dengan hasil bahwa PSHTdiorganisasikan secara formal dengan pengurus:Ketua pusat : Sdr.Soetomo Mangku JoyoWakil ketua : Sdr.Jendro HarsonoSekretaris : Sdr.SoemadjiTahun 1950 Sdr.Mangku Joyo pindah ke Surabaya dan Jendro Harsono pindah ke Kediriakhirnya pimpinan pusat dipegang oleh Sdr.Ersad,sekertarisnya Bambang soedarsono.akhirnyapada tahun 1952 KI Hajar Harjo Utomo meninggal dunia karena penyakit darah tinggi.Jadi PSHT didirikan pada tahun 1922 di Madiun sebagai pusat organisasinya dan lebihterorganisir dengan adanya cabang-cabang maupun ranting-ranting.Ketua-ketua PSHT:1.
Sutomo Mangku joyo tahun 1948-19502.
Irsad tahun 1950-19743.
RM Imam Kusupangat tahun 1974-19774.
Badini tahun 1977-19815.
Drs.Tarmaji Budiharsono tahun 1977-sekarang
DASAR DAN AZAS PSHT
1. PSHT berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 negara RI
2.PSHT berazaskan persaudaraan atau kekeluargaan yangkekal,keolahragaan,kesenian,beladiri dan kerohanian
3.PSHT tidak berafiliasi/memihak pada aliran politik manapunIlmu dalam PSHT merupakan sumber pondasi daripada cara berfikir,tindak-tanduk danpengambilan suatu keputusan dari suatu permasalahan .Maka dari itu PSHT bisa guyub rukunyang kekal abadi sehingga ada kaitannya juga dengan langgengnya PSHT yaitu dalampersaudaraan harus ada saling pengertian,saling sayang menyayangi dan saling tanggung jawab.Dengan adanya hal-hal tersebut maka persaudaraan yang dijalin dalam organisasi pencaksilat PSHT bisa abadi selama-lamanya.Sedangkan ilmu yang diajarkan dalam PSHT yang utamayaitu ilmu Setia Hati,yaitu ilmu untuk mengenal diri pribadi sebaik-baiknya,karena warga yangsudah bisa mengenal dirinya sendiri maka ia tidak sulit untuk mengenal diri pribadi oranglain,bila bisa menasehati diri sendiri maka ia tidak sulit untuk menasehati orang lain dan bila iabisa memimpin diri sendiri maka ia tidak sulit untuk memimpin orang lain.
AZAS KEPEMIMPINAN
 Azas kepemimpinan yang baik adalah:
Kepemimpinan yang mengandung kebenaran fundamental yang digali darikepribadian/kebudayaan bangsanya.Oleh sebab itu azas kepemimpinan di Indonesia haruslah berlandaskan falsafah bangsaIndonesia yaitu Pancasila.Dan organisasi pencak silat PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE jugamemiliki dasar atau landasan Pancasila.Manifestasi kepemimpinan Pancasila dijabarkan dalam 11 asasi,yaitu:
1.Taqwa:Bertaqwa kepada Tuhan YME dengan sesungguhnya sehingga ikhlas dalammenjalani perintah dan laranganNYA.
2.Ing Ngarso Sung Tulodho:Seorang pemimpin harus berdiri didepan dan bisa memberikan contoh suritauladan yang baik,menjauhkan diri dari perilaku yang tidak hormat.
3.Ing Madyo Mangun Karso:Seorang pemimpin harus mampu menggugah semangad anak buahnya melaluihubungan dan dialog yang akrab,kekeluargaan,terbuka,obyektif dan salingpengertian.
4.Tut Wuri Handayani:Snangeorang pemimpin harus mampu member dorongan pada anak buahnya agartidak sewenang-wenang dan agar berprestasi.
5.Waspodho Purbawasesa:Seorang pemimpin harus selalu waspada serata sanggup dan berani memberikankoreksi yang benar pada anak buahnya dan selalu mencegah pengaruh-pengaruhnegatif yang dapat merusak mental dan moral maupun disiplin anggota.
6.Ambek Parumarto:Seorang pemimpin harus dapat memjlih dengan tepat manaYang harus dilakukan yaqn bisa mendapat prioritas dalam melqksanakan dalamprogram kerjanya.
7.Prasojo:Seorang pemimpin harus memiliki perilaku yang lebih baik,kreatif dalam berpikirdan mampu menangani segala permasalahan yang ditangani.
8.Setia:Seorang pemimpin harus mempunyai sikap yang loyal/rela demi bawahan danorganisasi.
9.Gemi Nastiti:Seorang pemimpin harus dapat membatsi pengeluaran dan penggunaan keuanganorganisasi(Hemat)
10.Bloko:Seorang pemimpin harus memiliki kerelaan,berani tanggung jawab,beranimengakui kesalahan dan memjiliki watak setia tidak menutupi suatu kekuranganapapun.
11.LegowoMemiliki kerelaan atau keikhlasan saat menyerahkan tanggung jawab paqdagenerasi berikutnya
ARTI LAMBANG PSHT
1.Segi empat: 4 kiblat 5 pancer yang dimiliki manusia yaitu cipta/dayapikir,rasa/perasaan,karsa/kemauan,jiwa/rokhani dan raga/jasmani.
2.Dasar warna hitam:Melambangkan kekal abadi,yaitu persaudaraan yang dijalin setiap anggota PSHT selalukekal dan abadi selama-lamanya(bagaikan saudara sekndung sendiri)
3.Hati putih berbatas warnaa merah:Hati melambangkan cinta kasih,putih melambangakn kesucian,batas merahmelambangkan kebaranian.Artinya cinta kasih yang diberikan warga PSHT bersifat tulus ikhlas tapi ada batasnya.
4.Sinar putih yang memancar dari hati:
a.Melambangkan jalannya hukum karma.yaitu hukum gaib dari Tuhan yang berlaku dalalam tata kehidupan manusia yangterjadi secara adil dan tidak memihak.Dalam berpakarti dan berkarya hendaknya selalu ingat bahwa segala sesuatu itu adabuah dari pakarti dan karya tsbt,ibaratnya nandur telo tukul telo nandur pari tukulpari.
b.Melambangkan pancaran cinta kasih.Artinya yaitu warga PSHT harus sanggup memmberikan cinta kasih atau perwujudankepada segenap umat Tuhan tanpa mengharp imbalan apapun.
c.Melambangkan sinar terang.Artinya yaitu warga PSHT harus sanggup menciptakan suasana bahagia dansejahtera lahir batin terhadap lingkungan dimana ia berada.
5.Bunga terate.
a.Melambangkan bunga yang indah dan megah.Artinya yaitu warga PSHT harus simpatik dan berwibawa.
b.Melambangkan ketahanan hidup dimana saja,walaupun tinggal satu biji tetapbertunas dan hidup.Artinya yaitu PSHT diharapkan mampu berdiri dan berkembang dimana saja danwarga PSHT harus mempunyai sikap hidup yang dinamis,mampu menyesuaikan padalingkungan tanpa terpengaruh lingkungan yang kurang baik.
6.Bunga terate terdiri dari kuncup,setengah mekar dan mekar.Artinya yaitu Walaupun warga PSHT terdiri dari berbagai macam lapisanmasyarakat,dari lapisan terendah hingga lapisan yang paling tinggi,namun semuanyasaudara yang sederajat tanapa membedakan suku,agama,golongan-politik,kekayaan,kepandaian dan sebagainya.
7.Pita tegak berwarna merah diatas warna putih.Melambangkan keberanian atas dasar kebenaran.Artinya yaitu Warga PSHT diharapkan menjadi manusia pemberani atas dasarkebenaran,dengan semboyan berani karena benar takut karena salah.
8.Senjata.Selemah-lemahnya makhluk hidup pasti memiliki alat untuk melindungi diri,jadi senjatamerupakan alat untuk membela diri dan.
9.Tulisan PERSAUDARAAN.Artinya yaitu didalam membina anggotanya,PSHT mengutamakan kekalnya talipersaudaraan dan pencak silat hanyalah sebagai sarana saja.
10.Tulisan SETIA HATI.Artinya yaitu warga PSHT diharapkan selalu setia pada hatinya sendiri dan percaya pulapada dirinya sendiri.
11.Tulisan TERATE.Artinya dapat diambil dari bunga terate.
PANCA DASAR PERSAUDARAAN SETIAHATI TERATE
Panca dasar persaudaraan setia hati iterate meliputi:
1.Persaudaraan
2.Olahraga
3.Beladiri
4.Kesenian
5.Kerohanian/ke SH an
1.Persaudaraan adalah suatu hubungan batin antar manusia dengan manusia yang sfatnyaseperti saudara kandung sendiri,dalam PSHT juga lebih dikenal dengan hubungan batinantara warga dengan warga,warga dengan siswa,siswa dengan siswa yang kekal abadidan semua dianggap seprti saudara kandung sendiri.Wujud persaudaraan ada dua(2) yaitu berjabat tangan dan sambung.
2.Olahraga adalah mengolah raga atau tubuh dengan gerakan-gerakan pencak silat yangdiajarkan dalam PSHT.
3.Kesenian yaitu keindahan,Kesenian dalam pencak silat dapat berbentuk permainantunggal ganda atau massal.
4.Beladiri yaitu membela diri yang dapat diwujudkan seperti pencak silat yang digunakanuntuk melayani bila keadaan memaksa atau bila benar-benar diperlukan dan beladiribukan digunakan untuk melawan seseorang.
5.Kerohanian/ke SH an yaitu sumber azas Tuhan YME untuk mendapat budi luhur gunakesempurnaan hidup
ARTI WARNA SABUK/BAN/IKAT PINGGANG
1.Hitam/polos (tidak tau apa-apa)Warna ban pada tingkat awal sebagai siswa PSHT ini sesungguhnya tidak ada atau btidakberwarna karena polos mengandung pengertian suatu keadaan yang masih lugu,kosongatau gelap.Pada tingkat polos siswa belum tau apa-apa tentang ilmu PSHT walaupunsebelum menjadi siswa PSHT sudah pernah mengikuti perguruan silat lain.
2.JambonBila warna merah melambangkan keberanian maka warna jambon atau merah muda juga berarti keberanian tapi penuh dengan perhitungan.Jadi dalam menghadapi danmenyelesaikan suatu masalah,siswa tingkat jambon diharapkan memilki keberanianyang memiliki perhitungan,tidak asal berani begitu saja karena keberanian tanpaperhitungan akan mengakibatkan kegagalan dalam penyelesaiannya.
3.HijauWarna hijau melambangkan suatu harapan,jadi siswa tingkat hijau dapat dikatakansudah memiliki harapan untuk disahkan menjadi warga PSHT mengingat peajaran yangdiperoleh mencapai jurus 20.Berdasarkan pertimbagan tertentu dari pengurus cabang,siswa tingkat hijau dapatdijinkan untuk mengikuti pengesaan dengan catatan setelah disahkan wajib menjadiasisten pelatih dan meneruskan pelajarannya sampai tuntas.
4.PutihWarna putih melabangkan kesucian atau keberanian,siswa tingkat putih diharapkansudah mulai mempersiapkan diri menjadi warga PSHT dengan jalan menjagasikap,tingkah laku,kata-kata maupun perbuatan pada hal-hal yang berfifatbaik,putih,suci atau bersih agar nantinya berhasil disahkan menjadi warga PSHT tanpaaral melintang.
ARTI PEMBUKAAN PSHT
Gerakan pembukaan dalam PSHT merupakan awal persiapan sambung atau menhadapilawan dimana dalam setiap gerak mengandung arti yag harus dipahami yaitu :
1.Sikap berdiri tegak seperti huruf alif,kedua telapak tangan merapat,kedua jarimenempel ulu hati dan jemari mengarah keatas.-Percaya dan takwa pada Tuhan YME-Menyatukan diri kepada Tuhan YME,dimaksudkan sebagai permohonan kekuatandan perlindungan kepada Tuhan YME-Sikap pasrah atau berserah diri pada Tuhan YME
2.Kaki kanan digeser kesamping sekitar 15 derajat,telunjuk dan jari tengah kanandisatukan (senam 26)-Dalam pencak silat jari yang paling sering diginakan adalah jari telunjuk dan tengah-Sikap tidak memancing masalah dan yakin bahwa pada hakekatnya didunia initerdapat dua hukum kehidupan,ada siang ada malam,ada kalah ada menang dsb.
3.Telunjuk dan jari tengah kanan menyentuh tanah,jongkok dengan kaki kananmelindungi kemaluan dan pandangan kedepn menatap lawan.-Sikap dan yakin bahwa salah satu unsur kehidupan kita adalah tanah/bumi atausering disebut ibu Pertiwi.
4.Telunjuk dan jari tengah kanan diarahkan keudara.-Sikap yakin dan sadar bahwa salah satu unsur kehidupan kita adalah udara atauyang sering disebut dengan bapa angkasa.
5.Telunjuk dan jari tengah kanan ditempelkan peipis kanan.-Sikap percaya pada diri sendiri.
6.Jemari tangan kanan mengepal dan dipukulkan dengan diikuti pandangan mata ke-arah lawan.-Sikap yakin dan percaya bahwa lawan bisasa dikahkan atau segala permasalahanbisa diselesaikanTangan kiri disikutkan ke depan (menagkis) bersamaan memindahkan berat badandari kaki kanan ke kaki kiri,memutar badan setengah lingkaran.-Sikap mengantisipasi (siap menghadapi) serangan lawan.-Setelah berhasiil menhyelesaikan permasalahan maka kita harus segera menutuppermaslahan itu lebih dulu dan kemudian melngkah pada permasalahan yanglainnya.
7.Selanjutnya gerakan kiri sama dengan gerakan kanan dari gerakan 2 sampai 6.
8.Kembali ke sikap semula.Catatan :-Sebelum memulai gerakan pembukaan diawali dengan jabat tangan,karena kitatetap bersaudara walaupun akan mencoba keahlian masing-masing dalam sambung.Ibarat tego lorone ora tego patine.-Apabila kita tidak sempat melakukan pembukaan,cukup berdiri tegak sepertigerakan 1
TUJUAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE
Tujuan PSHT adalah membentuk manusia berbudi luhur tahu benar dan salahberdasarkan ke-SH an,yaitu :
1.Takwa kepada Tuhan YME.
2.Pemberani tidak takut mati.
3.Soal kecil remeh mengalah,soal besar/prinsip baru berpikir dan bertindak.
4.Sederhana.
5.Ikut memayu hayuning bawono.
Keterangan
Manusia yang berbudi luhur adalah manusia yang isa membedakan mana yang benar dan salah.Serta tidak hanya memikirkan diri sendiri(lebih mementingkan kepentingan umumdari pada kepentingan pribadi).Namun bila seseorang dapat membedakan mana yang benar dan yang salah,tidak salah jika iaberkumpul dengan orang-orang yang berbuat salah,karena seseorang tersebut tidak akanmengikuti perbuatannya yang salah.Seseorang yang berbudi luhur pastilah memiliki jiwa SH,yaitu setiapada hatinya sendiridan selalu meyakini bahwa kekuatan tertinggi itu ada di tangan Tuhan.
1.Takwa kepada Tuhan YMESebagai Insan pancasila,anggota PSHT dituntut memiliki iman yang mendalam kepadaTuhan YME.Ketakwaan yang dilandasi ke imanan akan ke Esaan Tuhan yang dibarkanoleh hati diucapkan oleh lidah dan diwujudkan dalam amal perbuatan yang baik danbenar.
2.Pemberani dan tidak takut matiBerani adalah suatu tingkatan mental yang mengakui adanya ketakutan ataukekhawatiran terhadap kemunginan-kemungkinan timbulnya bahaya,kegagalan ataucelaan.Dan bila mental seseorang seperti itu pasti akan lebih matang dalam melakukansuatu tindakan Takut adalah suatu sikap mental yang kurang memiliki ke imanan dan ketakwaanterhadap Tuhan,karena jika seseorang telah benar-benar ber iman dan bertakwa kepadaTuhan YME maka segala perbuatan kita pasti akan mantap dan jauh dari rsa takut.Untuk melatih keberanian perlu kita pelajari dan pahami rasa takut,dan raea takut itusendiri ada 4 macam,yaitu :
1.Takut salah,yaitu suatu rasa takut apabila perbuatannya menimbulkankesalahan.
2.Takut malu
3.Takut salah
4.Takut matiKe 4 rasa takut tersebut merupakan rasa takut yang sering timbul pada setiap dirimanusia,namun rasa takut seperti itu harus kita lawan dan ditiadakan dari diri kita.
3.Soal kecil remeh mengalah,soal besar atau perinsip baru berpkir dan bertindak.Di dalam menghadapi segala suatu permasalahan,anggota PSHT diharapkan selalumenunjukkan kebesaran hatinya dengan meniliti dan memisahkan suatu permasaahantersebut termasuk msalah yang kecil atau besar.Masalah prinsip adalah suatu masalah yang berkaitan dengan Agama,Nusabangsa,Pancasila,kehormatan dan keselamatan hidup.
4.SederhanaYang dimaksudkan sederhana disini yaitu sederahana dalam perwujudan sikap dantingkah laku yang sesuai dengan keadaan dimana dimana kita berada atau tidakberlebihan,seperti pepatah mengatakan ojo sok golek wah amargo iso tambah owah
 5.Memayu hayuning bawonoArtinya adalah suatu sikap untuk menciptakan suasana kebahagyaan yang disertakandan diwujudkan dengan pengamalan ilmu
PEDOMAN PSHT
Dalam PSHT juga memiliki beberapa pedoman ataupun sanepan(jika berbahsa jawa),itu adalahkata-kata bijak yang mengandung arti penting,diantaranya yaitu :
1.Cilik ora kurang bakal gede ora turah bakal,waton keno dak ingeti ora ilang tak kedhepiisih ujud manungso jalok opo bakal tag ladeni.
2.Sepiro gedhene sengsoro yen tinompo aung dadi cobo
3.Nandur pari tukul pari,nandur telo tukul telo utowo nandur becik tukul becik nandur olotukul olo
.4.Menunda pekerjaan berarti memperpanjang pekerjaan.
5.Wong linuweh iku kudu biso ngepek ati lan ngepenakake liyan.
6.Wong kang ora gelem ngudi kabecikan iku prasat setan.
7.Ojo pisan-pisan nyacat dening liyan,amarga ora ono wong kang tanpo cacat.
8.Wong golek iku yen wes oleh weweh,yen wes weweh ngengeh.
9.Sing sopo menang sa wenang-wennag ora bajal lestari anggone menang,nanging yenkalah ora ngakoni kalah bakal lestari anggone kalah.
10.Guno lan topo iseh kalah marang wong kang sabar lan narimo.
11.Suro diri joyo ningrat lebur dening pangestuti.
12.Sopo suci bakal adoh beboyo pati,sopo kakean milik bakal kaliren wekasane.
13.Orang itu tidak akan berhasil dalam segala hal tanpa didahului disiplin.
14.Orang bodoh itu bisa dipintarkan,tapi jika males sukar untuk diajak maju.
15.Ojo seneng gawe gendro jalaran gawe gendro iku sipating demit.
16.Yen siro dibeciki dening liyan tulisen ing watu supoyo ora ilang lan tansah kelingan,yensiro gawe kabecikan tulisen ing lemah ben ilang lan tansah ora kelingan.
17.Tingginya ilmu seseorang bukan jaminan suatu kemenangan,tingginya keberanian pun juga bukan jaminan suatu kemenangan,tapi dari rangkaian keberanian,tingginyailmu,ketabahan dan taktik lah yang bakal menentukan.
18.Orang menangis dalam kebahagiaan itu banyak tapi orang yang terawa dalampenderitaan itu tidak banyak,maka dari itu siapa yang bisa menyelesaikanpenderitaannya dengan senang hati adalah orang hebat.
PENGEMBANGAN ILMU
Sebagai anggota PSHT kita harus mampu menerapkan berbagai macam ilmuyang sederhana saja namun banyak akan manfaatnya,diantara ilmu tersebut yaitu ilmupadi yaitu semakin merunduk semakin berisi.Orang yang ilmunya tinggi orang itu pastibersikap andap asor,sopan santun,rendah hati dan tidak sombong.Namun jika orang yang ilmunya rendah kebanyakan orang itu bersikap adigang adigungadiguno atau istilah jawanya mentheng kelek,ibaratnya padi kalau semakin brisi semakinmerunduk dan jika tidak berisi semakin berdiri tegak.Adapun ilmu yang bermanfaat dalam hidup ini adalah ilmunya suanan Kali jagayaitu menutup kali songo yang ada dalam diri kita,artiya merawat dan memeliharasebaik mungkin Sembilan lubang pada tubuh kita ini dan menghindarkannya dari segalakegiatan yang menuju kemaksiatan.Dan yang lebih penting lagi yaitu janganlah kita sekali-kali berbuat kemaksiatanatau melanggar perintah Allah swt,karena segala macam yang ada di dunia ini hanyaAllah yang Kuasa atas apapun.Maka dari itu marilah kita selalu berjalan dijalan yangtelah ditunjukkan Allah swt,yaitu menuju jalan yang lurus dengan menjalani perintahnyadan menjauhi larangannya.
WARGA
Warga berasal dari kata :
1.Wani amarga: Dalam membela kebenaran.
2.Wedi amrga: Melakukan kesalahan.
3.Wibowo amarga: Perkataan dan kelakuanBila menjadi warga hendaklah mampu mengamalkan apa yang telah diajarkan dalam PSHTyang sesuai dengan ke SH an,setidaknya bila menjadi seorang warga hendaklah membelakebenaran dan takut berbuat dosa.Menjadi seorang warga tidak perlu menyombongkan dengan apa yang telah didapatkannya,krnPSHT tidak pernah mengajarkan hal seperri itu dan belum tentu seorang yang telah menjadiwarga bisa mengalahkan segala sesuatu karena diatas langit masih ada langit.Dalam PSHT seseorang yang lemah bisa menjdi kuat bila ia peercaya kemampuan dantindakannya sesuai dengan ketentuan dan atas ridlo Allah swt,Karena hanya Allah sangpenguasa seluruh alam semesta.Seorang yang lemah belum tentu memliki sifat yang baik,memang orang yang lemah itukelihatan seperti orang yang baik yaitu tiudak suka melihat kekerasan dan terkadang sukamengalah walaupun pada soal yang prinsip.Sebenarnya orang yang lemah jiwanya tidak berani berbuat sesuatu seperti halnya orang yangberjiwa baik/kuat hatinya karena seorang yang berjiwa kuat akan bertindak/berbuwat lemahlembut.Seperti halnya dalam mengatasi suatu masakh yang sepele/remeh ia selalu mengalahdan bila dalam masalah yang prinsip/besar ia mampu dan berani memngatasi masalah tersebutskaluipun menaruhkan jiwa raganya.